Masuknya Belanda ke Indonesia
Masuknya Belanda ke Indonesia dimulai pada tahun 1595 pada saat Cornelis de Houtman memimpin armada yang terdiri dari 4 buah kapal menuju Nusantara. Pelayaran tersebut menempuh rute Belanda – Pantai Barat Afrika – Tanjung Harapan – Samudra Hindia – Selat Sunda – Banten. Pada tanggal 6 Juni 1596 armada kapal tersebut sampai di Sumatera dan pada tanggal 22 Juni mendarat di pelabuhan Banten.
Pada tahun 1958 kembali armada Belanda masuk ke Nusantara dipimpin oleh Yacob Van Neck dan Warmijk dan mendarat di Maluku.
Awalnya tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia adalah untuk berdagang rempah-rempah.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V O C (Verenigde Oostindische Compagnie/Persekutuan Dagang Hindia Timur)
Indonesia pada abad ke-17 dan 18 tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun
oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (Verenigde Oostindische Compagnieatau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Tujuan lainnya adalah :
- Menghindari persaingan dagang diantara pedagang Belanda
- Memperkuat persatuan untuk menghadapi persaingan dengan pedagang Eropa lainnya.
- Membantu perekonomian Belanda yang saat itu sedang perang dengan Spanyol.
Pemerintah Belanda memberikan hak khusus kepada VOC (hak octrool) yang berisi :
- Hak mencetak uang sendiri
- Hak mendirikan benteng dan membentuk tentara sendiri
- Hak mengadakan perundingan dengan para raja di Nusantara
- Hak mengangkat Gubernur Jendral
- Hak Monopoli
Pada tahun 1609 VOC membuka kantor dagang di Sulawesi Selatan namun niat tersebut dihalangi oleh raja Gowa. Raja Gowa tersebut melakukan kerjasama dengan pedagang-pedagang Inggris, Prancis, Denmark, Spanyol dan Portugis.
Pada tahun 1610 Ambon dijadikan pusat VOC, dipimpin seorang-gubernur jendral. Tetapi selama 3 orang gubernur-jendral, Ambon tidak begitu memuaskan untuk dijadikan markas besar karena jauh dari jalur-jalur utama perdagangan Asia.
Pada bulan Mei 1619 Jan Pieterszoon Coen, seorang Belanda, melakukan pelayaran ke Banten dengan 17 kapal. Pada tanggal 30 Mei 1619 Jan Pieterszoon Coen melakukan penyerangan terhadap Banten dan berhasil memukul mundur tentara Banten. Kemudian Jan Pieterszoon Coen membangun Batavia sebagai pusat militer dan administrasi yang relatif aman bagi pergudangan dan pertukaran barang-barang, karena dari Batavia mudah mencapai jalur-jalur perdagangan ke Indonesia bagian timur, timur jauh, dari Eropa.
Pada tahun1619 Jan Pieterszoon Coen ditunjuk menjadi gubernur-jendral VOC. Dia menggunakan kekerasan, untuk memperkokoh kekuasaannya dia menghancurkan semua yang merintangi. Dan menjadikan Batavia sebagai tempat bertemunya kapal-kapal dagang VOC.
Pada masa kekuasaannya VOC banyak melakukan penyelewengan, kerusuhan dan kekejaman terhadap rakyat antara lain :
- Tahun 1620 dalam rangka mengatasi masalah penyeludupan di Maluku, VOC melakukan pembuangan, pengusiran bahkan pembantaian seluruh penduduk pulau Banda dan berusaha menggantikannya dengan orang-orang Belanda pendatang dan mempekerjakan tenaga kerja kaum budak.
- Tahun 1660 armada VOC yang terdiri dari 30 kapal menyerang Gowa, menghancurkan kapal-kapal Portugis. Pada bulanAgustus – Desember 1660 Sultan Hasanuddin, raja Gowa dipaksa menerima persetujuan perdamaian dengan VOC, namun persetujuan ini tidak berhasil mengakhiri permusuhan. Tanggal 18 November 1667 – Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya, akan tetapi Sultan Hasanuddin kembali mengobarkan pertempuran. Bulan April 1668 dan Juni 1669 – VOC melakukan serangan besar-besaran terhadap Goa dan setelah pertempuran ini perjanjian Bongaya benar-benar dilakukan. Tahun 1669 kondisi Nusantara bagian timur bertambah kacau, kehidupan ekonomi dan administrasitidak terkendalikan lagi.
- VOC melakukan pelayaran hongi yaitu pelayaran yang bertujuan menghukum penduduk yang menjual rempah-rempah ke pihak lain. Rakyat melakukan perlawanan. Salah satunya adalah kerajaan Banten pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa yang memiliki armada yang dibangun menurut model Eropa. Akibat pemberontakan-pemberontakan ini VOC mengalami kesulitan dan kekurangan dana. Ditambah pula terjadi korupsi dan penyelewengan di tubuh VOC, sehingga akhirnya VOC mengalami kebangkrutan dan pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dibubarkan
Masa Pemerintahan Herman Willem Daendels (1801 – 1811)
Setelah VOC dibubarkan wilayah Nusantara diserahkan kepada Belanda. Kerajaan Belanda menugaskan Herman Willem Daendels sebagai gubernur jendral di Nusantara. Istana Daendels berkedudukan di Buitenzorg (Bogor). Usaha yang dilakukan Daendels adalah mempertahankan pulau Jawa dari ancaman Inggris.
Langkah-langkah yang ditempuh D
- Melatih bangsa Indonesia menjadi tentara
aendels antara lain :
- Membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya
- Membangun benteng-benteng pertahanan
- Membangun pangkalan armada di Anyer dan Ujungkulon (Banten)
- Membangun jalan raya Anyer – Panarukan sepanjang 1000 km
Salah satu program Daendels adalah keja paksa tanpa upah yang disebut rodi. Kerja paksa ini dilakukan untuk kepentingan penjajah dengan tujuan untuk mengusai rakyat di pulau Jawa. Bentuk kerja paksa tersebut yaitu :
- Memaksa rakyat untuk membangun jalan dari Anyer sampai Panarukan sepanjang 1000 km.
- Membangun pelabuhan, benteng pertahanan, dan gedung-gedung pemerintahan Belanda.
Dalam kerja paksa ini rakyat diharuskan membawa bekal sendiri, sementara Belanda tidak memberikan upah maupun makanan dan minuman. Akibatnya rakyat menderita kelaparan dan terserang penyakit hingga meninggal dunia.
Untuk mengatasi kebutuhan dana, Daendels melakukan beberapa hal yaitu :
- Rakyat diharuskan menyerahkan hasil bumi sebagai kewajiban membayar pajak.
- Rakyat menjual hasil bumi kepada Belanda dengan harga yang sudah ditetapkan.
- Rakyat di Jawa Barat diwajibkan menanam kopi untuk pemerintah Belanda
- Menjual tanah negara kepada pihak asing.
Peraturan-peraturan ini tentu saja menyengsarakan rakyat.
Bulan Mei 1881, Daendels digantikan oleh Jan Willem Janssens. Daendels kemudian bekerja di bawah Napoleon dalam peperangannya yang gagal di Moskwa.
Masa Pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles (1811 – 1814)
Pada tanggal 11 September 1811 Belanda menyerahkan daerah jajahannya kepada Inggris. Pemimpin pasukan Inggris di Indonesia adalah Gubernur Jendral Sir Thomas Stamford Raffles.
Raffles berusaha menunjukkan perhatiannya terhadap kesejahteraan penduduk asli sebagai tanggung jawab pemerintah. Selain itu tindakan kebijaksanaan Raffles yang terkenal di Indonesia adalah memasukkan sistem landrente (pajak tanah) yang selanjutnya meletakkan dasar bagi perkembangan perekonomian, Raffles juga mengenalkan sistem uang dan penekanan desa sebagai pusat administrasi.
Raffles juga dikenal sebagai seorang yang memperhatikan ilmu pengetahuan khususnya di bidang tumbuh-tumbuhan. Untuk menghargai jasa Raffles, namanya diabagikan sebagai nama sebuah bunga yaitu Rafflesia Arnoldi.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar